EVERYONE IS NUMBER ONE
Sudahkah Sobat melihat tayangan mengenai Everyone is Number one???Sebuah kisah seorang juara lari yang mengalami patah kaki kemudian merasa putus asa karena kakinya satunya patah. Stres, frustasi dan takut menghantuinya. Akan tetapi pelari tersebut berhasil menaklukan ketakutan dan kelemahannya. Dengan tekad dan semangat berlatih terus menerus akhirnya kembali bisa berlari meskipun menggunakan kaki palsu dan akhirnya menjadi juara kembali.
Sebagai seorang penulis pasti juga memiliki faktor penghambat dalam menulis. Seperti takut tulisan kita tidak ada yang membaca, takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan atau merasa minder karena karya orang lain lebih bagus dan masih banyak hambatan yang lainnya.
Faktor penghambat itu harus kita singkirkan. Bagaimana caranya?Caranya adalah terus menulis, terus berkarya, dan terus menggali potensi kita. Sering kali hambatan itu muncul karena kita kurang menyadari kekuatan yang ada dalam diri kita. Padahal sebagai seorang penulis sudah dibekali dengan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan. Kita semua sudah melalui itu semua. Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian baik itu yang pahit atau manis mengukir perjalanan hidup kita. MENGAPA KITA TIDAK MENGABADIKANNYA?
Sering kita bertanya pada diri kita bagaimana kita akan mengabadikannya?Keterampilan menulis saja pas - pasan. Pertanyaan pada diri sendiri tersebut membuat kita menjadi menyerah tanpa mencari solusi terlebih dahulu. Mari ingat Film Everyone is Number One. Bagaimana jika pelari tersebut menyerah? Apa yang akan terjadi dalam kehidupannya?Kita bisa menebak pasti kehidupan dia tidak akan pernah berubah. Tapi lihat ketika pelari tersebut terus mencoba dan terus berlatih. Pada akhirnya semua jerih payahnya dapat terwujud. Jadi, sebagai penulis mengapa kita tidak terus menulis, menulis dan menulis?Mari kita yakini bahwa ke depannya pasti akan menjadi lebih baik.
Kita mulai dengan terus mengasah keterampilan kita dalam menulis melalui kelas menulis, membuat resume, atau menulis di blog. Pelatihan - pelatihan itu kita perlukan untuk menuju puncak sebagai seorang penulis yaitu membuat buku. Baik buku fiksi maupun buku non fiksi.
KISAH NYATA
Ibu Musiin, M.Pd adalah seorang peserta kelas menulis yang diadakan oleh PGRI. Beliau merupakan alumni kelas menulis gelombang 8. Beliau memulai segala sesuatunya dari nol. Tanpa punya pengalaman menulis sama sekali. Bahkan Ibu Musiin pada saat berbagi pengalaman mengatakan tidak pernah bermimpi bisa membuat buku. Tapi Ibu Musiin membuktikan beliau bisa membuat buku sebagai buktinya buku karangan beliau yang berjudul " Literasi Digital Nusantara Meningkatkan Daya Saing Generasi" berhasil dipajang di Toko Buku Gramedia.
Awal mula Ibu Musiin mempunya tekat membuat buku karena keinginan kuat beliau untuk menjadi seorang penulis yang mewariskan ilmu lewat buku, ingin memiliki buku karya sendiri yang bisa dipajang di toko buku online maupun offline, dan mengembangkan prosefinya sebagai guru.
MENULIS BUKU NON FIKSI DENGAN POLA KLASTER
Pada saat memberi kesaksian Ibu Musiin juga berbagi langkah bagaimana menulis buku non fiksi. Khusunya menulis buku non fiksi dengan pola Klaster. Pada dasarnya pola dibagi menjadi 3 yaitu :
Pola Hierarki (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit) Contoh : Buku pelajaran.
Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses) Contoh : Buku Panduan
Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan pada buku - buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara.
Buku karangan beliau yang berjudul Literasi Digital Nusantara Meningkatkan Daya Saing Generasi juga menggunakan pola klaster. Berikut 5 langkah dalam menulis buku dengan pola klaster :
Pra Tulis
Menentukan tema sesuai dengan yang dikuasai. Selanjutnya dari tema menjadi sebuah ide yang menarik yang dapat kita peroleh dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, berita di media massa, sosial media, imajinasi, mengamati lingkungan, perenungan atau membaca buku. Setelah ide diperoleh kemudian merencanakan jenis tulisan, mengumpulkan bahan tulisan melalui berbagai referensi, menyusun daftar, melakukan riset, membuat Mind Mapping, dan terakhir menyusun kerangka.
Menulis Draft
Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas. Tidak mementingkan kesempurnaan tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan.
Merevisi Draft
Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian. Kemudian memeriksa gambaran besar dari naskah.
Menyunting Naskah
Menyunting naskah dengan KBBI dan PUEBI untuk memeriksa ejaan, tata bahasa, diksi, data dan fakta serta legalitas dan norma.
Menerbitkan
Penerbitan akan dilakukan oleh penerbit sesuai dengan perjanjian antara penulis dengan penerbit.
Seperti dalam Film Everyone is Number One. Semua manusia ditakdirkan untuk bisa menjadi apa yang dia inginkan. Keyakinan, tekad, dan juga kemauan terus belajar menjadikan kita bisa meraih impian kita. TERUSLAH MENULIS DAN RAIHLAH IMPIANMU
0 comments:
Posting Komentar
Terima Kasih Sudah Berkunjung. Semoga hari Anda menyenangkan dan Sukses selalu. Tuhan Memberkati