![]() |
Gambar dari kbknews.id |
Pembelajaran Tatap Muka VS Pembelajaran Jarak Jauh bukanlah sebuah pertandingan dimana salah satu dari proses pembelajaran itu akan menang. Namun, kedua pembelajaran tersebut adalah jawaban untuk mengatasi kondisi yang ada pada saat ini.
Ya...pandemi covid- 19 memasuki tahun ke tiga. Sempat berangsur membaik atau mengalami penurunan kasus tetapi sekarang kasus kembali naik. Melansir dari situs https://covid19.go.id/ data per 6 Februari 2022 jumlah yang terpapar covid aktif adalah 188.899 dan meninggal 144. 554 di seluruh Indonesia. Dan diperkirakan kasus akan kembali naik jika kita tidak menyikapi hal tersebut.
Sekolah yang merupakan tempat perkumpulan terbanyak juga harus mengambil sikap. Sudah berjalan dua bulan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100% harus kembali disiasati untuk Pembelajaran Jarak Jauh. Setiap kebijakan yang diambil selalu menuai pro dan kontra tetapi sekali lagi kita bukan untuk mencari pemenang dalam perbedaan kondisi dalam Pembelajaran Tatap Muka dengan Pembelajaran Jarak Jauh.
Dengan penuh kesadaran kita perlu menyikapi keadaan ini. Perlu kita ingat keselamatan adalah yang utama. Untuk itu kemendikbudristek mengeluarkan peraturan bahwa sekolah yang berada di wilayah PPKM level 2 harus mengadakan PTM sebanyak 50 persen. Artinya sebanyak 50 persen siswa belajar di sekolah dan 50 persen sisanya belajar di rumah melalui Pembelajaran Jarak Jauh.
Keceriaan yang selama dua bulan kita Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen harus kembali ditahan untuk menyikapi keadaan ini. Guru, siswa dan orang tua harus kembali bekerja sama untuk memastikan pendidikan berjalan dengan baik. Siswa tetap bisa berkembang meski dengan pembelajaran yang berbeda.
Bagaimana tanggapan para guru pada saat mengetahui Pembelajaran Jarak Jauh diberlakukan kembali??Melalui pesan whatshap di komunitas blog guru mimin mencoba mengajak para guru untuk diskusi karena para gurulah yang tahu betul bagaimana kedua proses pembelajaran tersebut dilakukan. Simak ulasannya berikut ini :
Ibu Helwiyah guru SDN di Duren Sawit memulai pembicaraan " Pembelajaran lebih efektif PTM 100% karena proses dan hasil belajar murni kemampuan siswa. Anak belajar menghargai waktu, mandiri, tanggung jawab, jujur dan karakter baik lainnya. Namun, jika situasi dan kondisi harus 50 :50 efektifitas tergantung metode dan media belajar yang digunakan serta kreativitas guru dalam memanfaatkan fasilitas yang ada".
" Saya suka PTM karena dengan PTM bukan hanya materi yang diberikan, namun adab dan sopan santun bisa kita terapkan. Sedangkan PJJ kadang terkendala quota, terus anak - anak tampil di layar pakai baju atasnya saja mungkin juga belum mandi., akhirnya kebiasaan jelek malas mandi tumbuh. Anak jadi malas buka kamera dengan alasan sinyal padahal lagi main game, dll Intinya setuju belajar 100 persen dengan jaga jarak dan atur jadwal, misalnya dikurangi jam pembelajaran. Yang pentig 100 persen, Kata Bu Lilis dari Garut menimpali.
Selang beberapa saat grub terlihat sepi tiba - tiba Ibu Siti dari Lampung ikut nimbrung." PTM 50% dan PJJ 50% atau blended learning dilaksanakan memang situasi pandemi Covid - 19, dengan PJJ guru dan peserta didik jadi melek teknologi, guru belajar aplikasi google work, peace education, Guru belajar membuat video pembelajaran. Siswa belajar mengumpulkan tugas melalui google classroom, wa, telegram, dan melaporkan tugas melalui youtube. Karena beberapa materi yang urgen guru bisa memadukan dengan PTM 50 persen. Saat PTM guru memberikan materi yang urgen dan pengumpulan tugas boleh daring".
Tidak mau ketinggalan dari Aceh Ibu Fiqa memberikan pendapatnya."Kalau menurut saya enak belajar PTM, karena anak itu memerlukan sentuhan langsung waktu kita berinteraksi dari hati ke hati, kita bisa melihat bagaimana usaha seorang anak, karakter anak , saat kita masukkan nasehat cepat tanggap, dan kita pun bisa mengontrolnya setiap hari, sehingga kita mampu memasukkan berbagai macam gaya ngajar kita dengan berbagai macam metode, strategi dan media pelajaran dan dengan itu kita bisa melihat bagaimana mereka akan melaksanakan tugas dengan mandiri, insyallah semua yg diperoleh dengan PTM akan cepat masuk".
Ibu guru dari Lombok Ibu Widuri juga mengutarakan pendapatnya. "Kalau di tempat saya mengajar kebetulan di desa 100% PTM. Hanya saya berbicara sebagai ibu yang anaknya mengikuti 50% PTM dan 50% PJJ. Ada learning loss disana. Tiba-tiba saja gurunya kasih PR yg materinya belum diajarkan. Tidak maksimal. Mereka menganggap belajar dirumah itu libur. Dan karena kedua orang tua bekerja tidak ada yangg mengawasi di rumah kebanyakan anak-anak main gadget".
"Iya nih Tangerang Selatan juga PJJ, kata Ibu Nur". Beliaupun mengutarakan pendapatnya."Efektifitas pembelajaran kembali kepada bagaimana satuan pendidikan dan SDM mempersiapkan proses KBM bagi anak didiknya.Pendekatan berbasis kontekstual diharapkan terpenuhi hak anak didik memperoleh pendidikan dan pembelajaran. Metode dan pendekatan pembelajaran semua baik tergantung bagaimana satuan pendidikan dan SDM memahami karakteristik dan kebutuhan siswa dengan melihat kondisi sosial dan ekonomi.Lakukan pra asesmen, komunikasikan 2 arah antara anak didik dan orangtua, fasilitasi sesuai kebutuhan siswa..berikan pendekatan sesuai kondisi saat ini.Menggunakan ragam media yg dapat menjangkau seluruh siswa .Capain kognitif mungkin tidak 100% tetapi kedekatan bersama keluarga akan membentuk karakter siswa. Mengutip kalimat dari Ki Hajar Dewantara;"Semua tempat adalah sekolah, semua orang adalah guru. Pendidikan dan pembelajaran penting demikian juga kesehatan dan keselamatan ."
Wahh, kok yang berpendapat Ibu semua ya...mana para bapaknya ini. Tidak berapa lama Pak Rusmana ikut menimpali " PJJ atau PTM 50 kurang maksimal dan yang saya rasakan dampak PJJ siswa sudah jauh ,tambah parah dan belajar lambat dan kalau di kasih tugas buat laporan praktek saja ,yang perlu kita pikirkan cara mengembalikan karakter bagimana untuk generasi yang akan datang ini???"
Grubpun menjadi rame karena ada pembahasan ini. Dari diskusi tersebut kembali kita disadarkan ini bukan tentang perlombaan di mana kita mencari menang dan kalah.Tetapi pilihan Pembelajaran Tatap Muka 50% dan Pembelajaran Jarak Jauh 50% sebagai upaya untuk menyikapi karena pandemi covid 19 ini agar pembelajaran tetap terlaksana meski banyak kendala tetapi dengan kelebihan dan kelemahannya berharap anak - anak tetap dapat belajar untuk berkembang. Mari, kita semua berharap semoga pandemi covid - 19 ini segera berlalu sehingga kehidupan normal hidup kembali. Aminnnn.
Top...pake banget...😊 apapapun model, pendekatan, teknik pembelajaran..semoga hak anak didik kita tetap terpenuhi..sehat selalu tuk kita semua..tetap semangat memberikan pembelajaran dan pendidikan apapun kondisinya..
BalasHapusBetul Bu semoga keadaan ini tidak menjadikan kita lemah tetapi kita tetap strong dan trus berinovasi demi anak didik kita...Aminn Sukses selalu ya Bu
HapusTanpa PTM anak-anak mengalami kemunduran/learning loss dan yang penting adalah penanaman pendidikan karakter
BalasHapusIya Bu...tetap semangat ya Bu mari kita trus menanamkan karakter apapunkeadaannya
HapusIya ,dengan PJJ dan PTM 50 % ada hal ,yang sangat2 penting dalam proses pembelajaran.membeeikan gambaran di coba dan di lakukan PTM 💯 ,nampak karakter terlihat dan terasa sampai terhadap siswa yang betul- betul cara belajar kurang efektif.
BalasHapusIya pak...berharap semoga pandemi bisa segera berakhir ya Pak agar semua kembali seperti semula..aminn aminn
HapusCuma bisa berdoa semoga Corona cepat mereda
BalasHapusAminn aminn Bu tetap semangat Bu
HapusBerharap corona pergibuntuk selamanya...
BalasHapusAminn Aminnn
HapusAda plus minus setiap kondisi. Yang dilakukan adalah memaksimalkan kelebihannya dan mencari solusi untuk kekurangannya.
BalasHapusBetull Bu semoga kita bisa berinovasi di tengah kondisi yang kadang tidak memungkinkan
HapusPerlu kepiawaian dalam menyiasati keadaan.
BalasHapusGih Pak semoga kita lebih kreatif dan inovatif
HapusSemoga pandemi lekas berlalu. Semoga kita bisa PTM lagi. Aamiin
BalasHapusAmin pak amin
Hapus